• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

TIRAKATLAH UNTUK MASA DEPAN ANAKMU


Mendidik Anak Lahir Batin

Sahabat Ali Bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah Berkata:

 علموا أولادكم فإنهم مخلوقون لزمان غير زمانكم 

Artinya : “Didiklah anak-ankmu itu, karena sesungguhnya mereka diciptakan untuk mengisi masa yang bukan masamu”


Kalau dulu banyak yang menggantungkan dan menyerahkan nasibnya kepada Allah. Dulu juga banyak kyai yang alim berdoa kapada Allah agar anaknya menjadi alim, dan banyak juga ibu yang tidak mampu mendidik anaknya, ingin anaknya menjadi anak yang saleh dengan puasa tirakat. Maka jangan heran kalau banyak anak kyai yang pintar tanpa harus belajar. Itulah semua dilakukan oleh orang tuanya dengan tirakat, meninggalkan segala perbuatan maksiat dan juga tidak melakukan kesalahan, sehingga anaknya menjadi anak yang baik. Jadi dulu banyak yang seperti itu, tanpa harus belajar banyak.

Apakah sekarang bisa seperti itu? Kalau sekarang jauh untuk melakukan tirakat, karena banyak hal yang tidak mendukung adanya puasa secara terus-menerus. Sehinggga kalau sekarang kita melakukan puasa tirakat ini terasa sulit. Jadi sekarang banyak orang tua yang lebih memilih cara yang nyata atau lahir, yaitu lebih cenderung ke lembaga pendidikan. Kira-kira hal yang bagaimana yang pantas untuk membuat anak atau murid kita sukses, apakah hanya dengan ibadah tanpa adanya usaha atau usaha terus-menerus tanpa adanya doa atau ibadah?

Rasanya kalau yang pertama untuk sekarang ini sulit, tawakkal terus kepada Allah tanpa adanya usaha. Bukan hanya dengan tirakat, tapi harus juga dengan usaha. Bagi seorang guru, ia harus memberi tugas kepada muridnya dan jangan lupa juga mendoakan mereka. Tapi saya yakin seorang guru mempunyai tujuan yang sama dengan orang tua, bahwa kedua belah pihak menginginkan anak-anak atau murid-muridnya lebih baik dan pintar serta sukses.

Demikian juga halnya seorang pimpinan tentu berkeinginan agar anak buahnya lebih baik. Maka dari itu, rasanya untuk tirakat pada saat ini terasa sulit, selain itu suasananya tidak mendukung banyak makanan di mana-mana. Ketika mau berpuasa ada saja yang menawarkan makanan yang tidak mendukung untuk berpuasa tirakat.

Sulit rasanya mengikuti sunah Nabi dalam mengatur pola makan. Nabi itu tidak makan kecuali dalam keadaan sangat lapar dan kalau makan tidak terlalu kenyang. Sehingga serasa sulit bagi orang zaman sekarang untuk menerapkannya, yang pada akhirnya orang zaman sekarang tidak banyak yang dapat melaksanakan puasa tirakat. Untuk itu, orang zaman sekarang mau tidak mau harus menggunakan cara lahiriah dan mendidik secara langsung, yaitu dengan cara diarahkan, dikontrol serta diberi penugasan. Namun kadang-kadang banyak orang tua yang tidak sempat mendidik anaknya secara langsung dan jarang bertemu dengan anaknya. Bahkan terdapat anak yang merasa jauh dari orang tuanya, sehingga banyak anak yang tidak berbakti dan menurut kepada orang tuanya.

Maka kita hendaknya tidak hanya mengajarkan secara lahiriah, namun juga batiniah. Kedua-duanya itulah yang akan menyebabkan keberhasilan dan menjadikan anaknya itu baik. Dulu banyak orang tua yang tidak terlalu pintar namun anaknya itu baik-baik dan pintar-pintar. Orang tua zaman dahulu kebanyakan tidak pandai-pandai, namun tirakatnya tinggi serta perhatiannya terhadap anak juga tinggi. Zaman dahulu anaknya banyak-banyak dan baik-baik, beda dengan sekarang sudah sedikit dan tidak semuanya baik dan sukses.

Maka dari itu, siapapun nanti suatu saat akan menjadi orang tua. Maka hendaklah kelak mendidik anak-anaknya dengan baik, dengan juga mendoakan mereka. Namun juga tidak hanya didoakan atau ditirakati saja, namun juga harus dididik secara lahiriah dengan diperhatikan dan diberi kewajiban serta diiringi dengan doa

Share:

USIA ANAK 7 TAHUN AJARI SHALAT

Shalat ashar berjamaah Santri Al Mubarok Hidayatul Mubtadiin


USIA 7 TAHUN ANAK HARUS DIPERINTAH SHALAT

Rasulullah SAW telah menyampaikan bahwa usai mengajarkan anak belajar agama (sholat) ketika sudah tujuh tahun. Jika belum genap tujuh tahun anak tidak boleh dituntut untuk bisa belajaran agama kecuali hanya memperkenalkannya. 

 Karena pada usia inilah anak sudah mampu menerima perintah atau sudah paham menerima perintah yang disebut dengan istilah mumayyiz. 

Karena di usia ini kritis dan cerdas, Demikian juga pada usia ini,anak didik diperkirakan sudah mampu belajar sholat dengan baik, sudah mulai mengenal bacaan dan gerakan gerakan sholatdengan baik. 

Kalau pada usia sebelumnya anak hanya ikut-ikutan, pada usia ini sudah mulai mampu belajar sholat dengan baik. 

 Usia secara kebetulan sama dengan usia anak sekolah dipedomani dalam penerimaan masuk sekolah formal di sekolah tingkat dasar titik konsekuensinya anak yang telah mampu belajar sholat dengan baik berarti pula ia telah menerima hukuman jika meninggalkannya. 

 Tugas belajar mengajar adalah tugas suci dan tugas kewajiban bagi semua orang. Orang yang belum tahu ilmu tugasnya wajib mencari atau belajar dari orang berilmu dan tugas orang berilmu adalah mengajarkan ilmunya kepada orang yang belum tahu. 

 orang yang belum tahu wajib belajar dan orang yang sudah tahu wajib mengajar. 

Guru dan murid harus ada kerjasama yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dengan metode pendekatan dan model yang relavan.

 عن عمرو بن شعيب، عن أبيه، عن جده -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: مُرُوا أولادَكم بالصلاةِ وهم أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، واضْرِبُوهُمْ عليها، وهم أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ في المَضَاجِعِ 

 Dari Amr Bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: "Rasulullah SAW bersabda: "Perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat sedang mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena tinggal sholat sedang mereka berusia 10 tahun dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya."

 bagaimana mendidik agama pada anak-anak, pendidikan agama diberikan kepada anak sejak kecil, sehingga nanti usia dewasa perintah-perintah agama dapat dilakukan secara mudah dan ringan. 

 Di antara perintah agama yang disebutkan dalam hadis ada tiga perintah yaitu perintah melaksanakan sholat, perintah memberikan hukuman pemerintah memberikan hukuman bagi pelanggarnya. 

 perintah di sini maknanya dilakukan secara tegas, sebab pada umumnya perintah sholat sebenarnya sudah dilakukan orang tua sejak sebelum usia tersebut. 

 Anak-anak sejak usia empat tahun atau lima tahun sudah diajak orang tuanya melaksanakan sholatbersama-sama. Anak-anak melakukannya walaupun dengan cara ikut-ikutan atau menirukan gerakan-gerakan sholat. 

 Anak pada usia ini, sekadar ikut-ikutan, belum melakukannya secara baik, baik gerakan-gerakannya maupun bacaannya. Anak-anak kadang mau melakukannya dan kadang-kadang tidak mau melakukannya. 

 Nah setelah usia anak mencapai tujuh tahun perintah orang tua hendaknya secara tegas tidak seperti pada saat usia dibawah tujuh tahun. 

 Perintah sholat, berarti pula perintah mengajarkan cara sholat, karena tidak mungkin anak hanya diperintahkan sholat sementara dia belum bisa melakukannya. 

Dalam riwayat Al-Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:

 عَلِّمُوا الصَّبِيَّ الصَّلَاةَ لِسَبْع سِنِينَ 

 "Ajarkan anak-anak sholat sedangkan dia berumur tujuh tahun." 

 Hadits ini perintah mengajarkan sholat pada anak-anak tentang syarat-syarat, rukun-rukun dan beberapa sunnah dalam shalat. 

Al-Alaqiy dalam syarah al-Jami' al-Shaghir mengatakan. "Orang tua hendaknya mengajarkan apa yang dibutuhkan dalam sholat seperti syarat dan rukunnya. Orangtua hendaknya memerintah anaknya melaksanakan sholat setelah diajarkannya. 

 Upah pengajaran diambil dari harta anak jika punya harta dan jika tidak punya upahnya dibebankan pada Walinya"


https://youtu.be/N-Rw2ldo_xs
Share:

BENARKAH ANAK ADALAH INVESTASI AKHIRAT?

 

Kegiatan Mengaji Santri MDTA Al Mubarok Hidayatul Mubtadiin


ANAK ADALAH INVESTASI AKHIRAT


Investasi terbesar yang kita tanam untuk kehidupan akhirat kelak adalah anak-anak kita. Nabi Muhammad bersabda:

اذا مات ابن ادم انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية, وعلم يُنتفع به, وولدٍ صالح يدعوله (رواه مسلم)
Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputus amal ibadahnya terkecuali tiga perkara: shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya (HR. Muslim)

Menurut Muhammad Sa’id Mursi dalam bukunya Tarbiyatul Awlad Fil Islam, tiga perkara dalam hadis tersebut ada dalam diri anak-anak kita.

Bila anak kita melaksanakan shalat sebab didikan kita maka pahala shalatnya kita dapatkan juga. Lalu anak kita tersebut mengajarkan shalat kepada cucu kita dan cucu kita melaksanakan shalat maka pahala shalatnya kita dapatkan juga. Begitu seterusnya. Setiap kebaikan yang kita ajarkan kemudian dilakukan oleh anak kita maka pahalanya juga akan kita dapatkan. Didikan kita itu menjadi shadaqoh jariah teruntuk kita.

Bila ilmu yang kita miliki kita ajarkan kepada anak-anak kita tentang shalat, puasa, akhlak terpuji, dan kebaikan lainnya. Kemudian dilaksanakan oleh anak kita maka ilmu kita termasuk ilmu yang bermanfaat.

Bila anak-anak kita mendoakan kita setelah kita meninggal dunia maka anak kita telah menjadi anak yang sholeh.


Pada dasarnya setiap anak tercipta dalam keadaan baik. Tergantung kedua orang tuanya yang kelak membuatnya baik atau buruk.

كل مولودٍ يولد على الفطرة فأبواه يُهوّدانه ويُنصّرانه ويُمجِّسانه
Setiap anak terlahir dalam kondisi suci. Tergantung kedua orang tuanya yang akan membuatnya menjadi seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi.

Allah perintahkan kepada kita untuk mendidik, mengajarkan diri kita sendiri agar terpelihara dari siksa api neraka dengan cara melaksanakan setiap perintah Allah dan meninggalkan setiap larangan-Nya. Allah juga perintahkan agar mendidik keluarga kita, anak-anak kita agar selalu taat kepada Allah, melarang berbuat maksiat, sehingga mereka juga terpelihara dari siksa neraka. Allah katakan itu dalam surat at-Tahrim ayat 6:

يا ايها الذين امنوا قوا انفسكم واهليكم ناراً
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka


Esok ketika sinar mentari pagi menjadi milik anak kita. Maka yakinlah bahwa ada peran kita sebagai orang tua untuk mendapatkannya. Segala nikmat yang Allah berikan kepadanya merupakan nikmat kita juga sebagai orang tua. Ketika manusia berdoa teruntuknya maka kitapun sebagai orang tua mendapatkan doa tersebut. Allah perkenankan baginya memberikan syafaat kelak di akhirat teruntuk kita sebagai orang tuanya. Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;

إن أطيب ما أكلتم من كسْبكم , وإن أولادكم من كسبكم ( أخرجه الترمذى )
Sesungguhnya paling baiknya sesuatu yang kamu makan yaitu berasal dari usahamu sendiri. Dan sesungguhnya anak-anak kamu sekalian adalah termasuk usaha kamu.

Mari sama-sama kita didik anak-anak kita dengan kebaikan sehingga mereka kelak menjadi penolong kita di kehidupan akhirat, menjadi shadaqoh jariah. Jangan sampai kita berangkat ke alam akhirat dengan mewarisi keburukan kepada anak-anak kita. Itu berarti bukan pahala tetapi dosa-dosa yang akan dikirim oleh anak-anak kita di dunia. Bukankah setiap kebaikan yang kita tanam kepada seseorang akan berakibat baik kepada kita? Begitupun sebaliknya, setiap keburukan yang kita tanam akan berakibat buruk teruntuk kita ketika orang tersebut melakukannya?


https://youtu.be/ezcaYfBY9QM

Share:

SANTRI DAN PENCAK SILAT

PENDIDIKAN OLAH JASMANI (TARBIYAH RIYADOH BADAN)

Ekstrakulikuler Pencak Silat Santri Al Mubarok Hidayatul Mbtadiin

   SENI BELA DIRI PENCAK SILAT

العقل السليم في الجسم السليم

"Akal yang Sehat Terletak Pada Badan yang Sehat"

Santri dan Pencak Silat

Dalam pembelajaran di pondok pesantren, santri tidak hanya terbatas mengikuti pembelajaran ilmu-ilmu agama. Pondok pesantren merupakan suatu institusi budaya yang juga menanamkan kemampuan dan keterampilan spiritual dan keterampilan ekstra untuk menyeimbangkan kognisi dan kemampuan diri kepada para santri. Salah satunya adalah pencak silat.

Pencak silat merupakan suatu seni bela diri khas Indonesia yang dilahirkan dari perjalanan panjang budaya Nusantara. Ia sering disandingkan dengan kata “seni”, menjadi seni pencak silat atau seni bela diri karena, selain merupakan sebuah teknik bela diri, pencak silat juga mempunyai keindahan gerak dan ritme yang berirama.

Oleh sebab itu, pencak silat sering dikategorikan sebagai sebuah seni. Salah satu bela diri khas Nusantara ini ternyata juga lahir dari pengalaman kebudayaan yang khas pula. Ada ratusan bahkan ribuan perguruan pencak silat di Indonesia; semua mempunyai ciri yang berbeda namun masih dalam bingkai ke-Indonesia-an. 

Pencak silat merupakan sebuah seni bela diri yang tidak hanya mengadopsi nilai-nilai teknik fisik, melainkan juga mengadopsi nilai budaya sebagai identitas dan nilai agama sebagai sarana mengolah ruhani

Dengan tiga kombinasi antara olah raga (jasmani), identitas budaya, dan olah batin (rohani) inilah pencak silat sangat melekat kepada masyarakat Indonesia, terutama para santri. Tidak sedikit santri yang juga bergabung dalam perguruan pencak silat. 

Pencak silat itu memang sangat berguna bagi para santri terutama dalam hal pengembangan pendidikan mental juga spiritual, di mana termasuk untuk mewujudkan budi pekerti yang luhur. 

Di sini, pencak silat bukan hanya sebagai sarana olah raga, melainkan juga sarana mengembangkan akhlak yang luhur, sikap ksatria, dan takwa kepada Sang Pencipta Allah SWT.

Share:

6 TIPS SUKSES MENCARI ILMU


6 𝗦𝘆𝗮𝗿𝗮𝘁 𝗠𝗲𝗻𝗴𝗴𝗮𝗽𝗮𝗶 𝗸𝗲𝘀𝘂𝗸𝘀𝗲𝘀𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝘂𝗻𝘁𝘂𝘁 𝗶𝗹𝗺𝘂
 

الا لا تنال العلم الا بستة# سأنبيك عن مجموعهاببيان 

ذكاء وحرص واصطباروبلغة# وارشاداستاذوطول زمان


1. 𝑲𝒆𝒄𝒆𝒓𝒅𝒂𝒔𝒂𝒏

2. 𝑯𝒂𝒖𝒔 𝒊𝒍𝒎𝒖/𝑺𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕

3. 𝑺𝒂𝒃𝒂𝒓/𝑩𝒆𝒓𝒔𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉-𝑺𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉/𝑹𝒂𝒋𝒊𝒏 𝑩𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓/𝑨𝒌𝒕𝒊𝒇 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒕 𝑺𝒆𝒌𝒐𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑴𝒆𝒏𝒈𝒂𝒋𝒊

4. 𝑴𝒆𝒎i𝒍𝒊𝒌𝒊 𝑩𝒆𝒌𝒂𝒍/𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 

5. 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕 𝑫𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑮𝒖𝒓𝒖/𝑫𝒆𝒌𝒂𝒕 𝑫𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑮𝒖𝒓𝒖, 𝑨𝒈𝒂𝒓 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒅𝒊𝒃𝒊𝒎𝒃𝒊𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒊𝒂𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒐𝒓𝒎𝒂𝒕𝒊 𝒔𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒊𝒍𝒎𝒖

6. 𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝑳𝒂𝒎𝒂, 𝒊𝒍𝒎𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 𝒅𝒊𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏, 𝑴𝒆𝒏𝒖𝒏𝒕𝒖𝒕 𝒊𝒍𝒎𝒖 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒂𝒊 𝑲𝒆 𝒍𝒊𝒂𝒏𝒈 𝑲𝒖𝒃𝒖𝒓.

Share:

PERBEDAAN ULAMA ADALAH RAHMAT

Foto bersama Abah kyai Mas Mansur Tarsudi setelah pembaiatan Dan sumpah setia Dirosah Ula Rijalul Ansor Brebes di Ponpes Al Falah Jatirokeh Songgom. 2019.




PERBEDAAN ULAMA ADALAH RAHMAT
                       اختلاف الأئمة رحمة الأمة

Sekitar 9 tahun yg lalu,kami mendapatkan perintah untuk nyowanaken dan memohonkan kata pengantar buku manasik haji karya team LBM PP Lirboyo kepada KH Maimun Zubair sarang, KH Dimyati Rois kaliwungu dan (alm) KH Mas Subadar besuk. Disamping barokah tentu banyak ilmu berharga yg kami perolah dari sowan2 tersebut.

Diantanya adalah cerita dari Abah KH Dimyati bahwa beliau pernah satu majlis dalam forum Bahsul-masail bersama Mbah Yai Maimun dan (alm) Mbah Yai Sahal Mahfudz. Saat itu beliau bertiga berbeda pandangan dalam menyikapi sebuah masalah. Mbah Yai Maimun ngersakne untuk memasukkan sebuah qoul dloif yg disebutakan dlm kitab almajmu'  sebagai solusi dlm rumusan jawaban. Namun Mbah Yai Dimyati punya pandangan berbeda berdasarkan aturan berfatwa yg sudah masyhur dalam kitab-kitab fiqh.yakni, Bahwa qoul yg lemah boleh diamalkan tapi tidak boleh difatwakan. Abah Yai Dimyati juga tidak sependapat dg Mbah Yai Sahal yg ngersaaken untuk mentafshil jawaban.karena memang tidak ada ibarot dari kitab turots yg mentafshil jawaban dari masalah yg sedang dibahas.

Bagi sebagian orang mungkin akan menganggap aneh perbedaan pandang Beliau bertiga padahal reverensi ibarotnya sama2 dari kitab majmu' syarh muhadzab. Namun sebenarnya perbedaan seperti itu sangatlah lumrah. Karena masing2 punya metode untuk menjawab masalah berdasarkan manhaj yg ada dlm kitab2 turots. Dan kalau diangen angan ( حسب تأملي القصير وعسى أن يكون صوابا )
Beliau bertiga memang menggunakan metode fatwa yg berbeda:

Mbah Yai Dimyathi cenderung kokoh memegang kaidah umum dlm berfatwa sebagaimana yg dijelaskan dalam beberapa kitab fiqh. Karakter fatwa semacam ini banyak digunakan oleh beberapa ulama terdahulu dalam kitab2 fatawa mereka yg hanya menyampaikan qoul rajih saja. Sedikit sekali penjelasan qoul muqobil apalagi muqobilushohih dan qoul2 yg dianggap sangat lemah. Metode fatwa semacam ini adalah منهج الإحتياط (hati-hati dalam berfatwa) dan agar masyarakat awam tidak terjerumus dalam تتبع الرخص(hanya mencari qoul-qoul yg ringan).

Sedangkan Mbah Yai Maimun kelihatanya lebih memilih berfatwa dg  منهج التيسير والتسهيل ( metode memudahkan dan memberikan solusi untuk ummat). Dg cara menyebutkan qoul qoul muqobil -walupun dianggap lemah- sebagai solusi bagi yg membutuhkan. Metode seperti ini dipakai oleh Asyaikh Abu Ishaq Asyairozi dalam menta'lif kitab muhadzab. Jika anda membaca kitab muhadzab anda akan merasakan seperti masuk dalam super market besar yg menyediakan berbagai macam qoul-qoul Ulama salaf dalam setiap masalah. Anda tinggal pilih salah satunya sesuai keadaan anda. Bahkan menurut seorang wali agung dari hadlromaut Al-habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas metode inilah yg seharusnya dilakukan oleh seorang mufti. Dawuh beliau :
والذي يظهر للعوام ما ترجح عنده ويكتم الباقي يدخل في قول الله تعالى  (إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَات وَالْهُدَىٰ مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ ۙ أُولَٰئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ) اذكر له ما قاله أهل العلم وهو يأخذ الذي يحبه ولا تذكر له ما ترجح عندك ففي العلم ساعة والإنسان ليس بمتلاعب بدينه والمذاهب حق والمتعبد يتعبد فيما يسره الله.

Beda lagi dg Mbah Yai Sahal mahfudz. Beliau lebih memilih untuk mentafshil. Mungkin yg dimaksud adalah metode tafshil yg di gagas oleh al- Imam al-quthbu assya'rony dalam mizan kubronya. Secara garis besar Beliau membagi (mentafshil) khilaf ulama menjadi dua. Ada qoul tasydid yg berat untuk diamalkan. dan ada qoul takhfif yg ringan. Setiap qoul yg berat itu diperuntukkan bagi orang yg kuat iman dan fisiknya. Sedangkan qoul yg ringan khusus bagi yg lemah iman dan fisiknya. Orang yg kuat tidak salayaknya mengamalkan qoul yg ringan agar tidak tala'ub biddin. Dan orang yg lemah tidak boleh dituntut untuk menggunakan qoul yg berat (lihat muqoddimah almizan alkubro hal:4-5).
       Metode ini juga digunakan oleh (alm) Romo Yai Abdul Aziz Manshur saat ditanya tentang hukum biawak oleh dua orang yg berbeda. Kepada salah satu penanya beliau menjawab halal. karena si penanya seorang fakir miskin yg kemungkinan jarang sekali makan daging. Dan kepada penanya yg lain beliau menjawab haram karena ia orang kaya yg berkecukupan. Begitulah metode Mbah Yai Aziz dalam mentafshil dawuh2 dari dua Guru Beliau yg berbeda pandangan tentang hukum biawak (Mbah Yai di Lirboyo dan Mbah Yai di Sarang). Yg satu menghalalkan dg dalil Hadis halanya ضب. Sementara yg satunya mengharamkan dg alasan ضب yg halal adalah biawak arab bukan seperti yg di jawa. Ya.. Kurang lebih begitulah kebijaksanaan Mbah Yai Aziz yg kami ingat dari cerita Mustahiq kami di Lirboyo.
    
Walhasil, ilmu itu sangat luas dan ulama itu beda-beda. sebagai orang awam sudah seharusnya kita menyikapi dan memandang perbedaan Ulama dalam furu' fiqhiyyah sebagai rahmat bagi ummat. Tidak perlu kita-kita yg masih awam bergaya mentarjih sebuah qoul dg menyalahkan qoul ulama yg lain. Apalagi campur ngotot dg penuh kefanatikan yg berujung saling menghujat. Bukankah dalam Qoidah fiqh disebutkan :
            لا ينكر المختلف فيه وإنما ينكر المؤتلف فيه
Perkara yg masih dalam khilaf ulama tidak boleh diingkari. Yang diingkari hanyalah perkara yg telah disepakati(keharamanya).
                     وقيل من اتسع أفق علمه قل إنكاره
Barangsiapa luas cakrawala ilmunya maka sedikit inkarnya

Contoh masalah khilafiyah menjelang lebaran:
1- masalah tukar menukar uang.
2- Cakupan makna sabilillah dalam bab zakat. 3- Zakat fitrah dg uang.
4- Rukyah atau hisab dalam penentuan awal bulan dll.

#رب فانفعنا ببركتهم واهدنا الحسنى بحرمتهم
وأمتنا في طريقتهم ومعافاة من الفتن
#لحضرة النبي صلى الله عليه 


Disarikan dari tulisan Kyai Ali Khidlir lirboyo Kediri























Share:

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

Wikipedia

Hasil penelusuran

Teks

Afdolul ilmi ilmul hal

Translate indonesis

Mengenai Saya

Foto saya
Farichin Hanya seorang Abdi di Al Mubarok Hidayatul mubtadiin siandong

Perilaku Pengamal Syari'at, Tharikat, Hakikat dan Makrifat

Perilaku Pengamal Syari'at, Tharikat, Hakikat dan Makrifat Perilaku seseorang yang berada pada tingkatan syariat, thariqat, hakikat, dan...

Pengikut

Label

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.